CAGAR BUDAYA SUNGUTAN TAMBAK DASUN

Sungutan Dasun termasuk dalam objek diduga cagar budaya dan bisa saja ditetapkan menjadi cagar budaya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa data berikut;

Pertama, sungutan dasun sudah ada lebih dari 100 tahun yang lalu, hal itu dibuktikan dengan adanya tambak dasun yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Dimana dalam proses pembuatan tambak disitu juga sungutan dibuat sebagai alat transportasi air antara tambak dengan sungai.

Kedua, Sungutan sebagai sarana publik yang dapat diakses oleh siapa saja, khususnya oleh pemilik tambak yang berlokasi di sekitar sungutan. Adanya sungutan memberikan bukti bahwa setiap tambak telah merdeka terhadap air, tambak-tambak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan air dari sungai secara langsung, yang artinya tidak meminta air ke tambak lainnya dan itu terjadi pada semua tambak yang berada di desa Dasun. Sungutan-sungunan ini menyebar ke seluruh kawasan tambak Dasun untuk menyuplai air bagi tambak yang keberadaannya jauh dari sungai.

Ketiga, sungutan merupakan bentuk teknologi dan pengetahuan yang mumpuni pada masanya. Sungutan mempunyai kedalaman yang berbeda dengan sungai, sungutan lebih cenderung dangkal dibandingkan dengan sungai. Hal tersebut berfungsi untuk memudahkan petani tambak mengatur keluar masuknya air dari sungai melalui sungutan. Selain itu kedalaman sungutan yang dibuat lebih dangkal daripada sungai juga berpengaruh pada kualitas air yang masuk ke tambak. Budidaya  bandeng yang dilakukan oleh warga Dasun   membutuhkan air yang memiliki kandungan garam rendah , dan itu dapat diperoleh pada air sungai bagian atas.

 

Sungutan tambak dasun memiliki nilai penting dalam posisinya menjadi objek diduga cagar budaya dab ditetapkan menjadi cagar budaya diantaranya sebagai berikut: (1) Nilai penting sejarah, dengan mendatangi sungutan masyarakat dapat merekonstruksi anak sungai dan aktivitas keseharian petambak di masa lalu; (2) Nilai penting ilmu pengetahuan, dengan mengunjungi sungutan masyarakat dapat mengetahui ilmu irigasi berbasis pergerakan air sungai, dengan mengunjungi sungutan masyarakat mendapatkan informasi tentang rekayasa mitigasi ancaman air. (3) Nilai penting pendidikan, dengan mengunjungi sungutan masyarakat dapat menumbuh kembangkan sikap kearifan seperti yang ditunjukan pada fungsi sungutan yang mensuplai kebutuhan tambak dalam budidaya ikan dan produksi garam. (4) Nilai penting kebudayaan, melalui sungutan masyarakat dapat mengembangkan tradisi gotong royong dan kebersamaan dalam merawat sungutan.

Penulis: Angga Hermansah
Fotografer: Ach. Sholeh Syariffudin & Achirudin Bayu C