Jelajah Desa Dasun dan Sungai Lasem: Warisan Sejarah yang Menakjubkan
Pendahuluan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam hangat untuk para pencinta keindahan alam dan sejarah di mana pun Anda berada. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi keunikan Desa Dasun dan Sungai Lasem, sebuah wilayah di Kabupaten Rembang yang kaya akan sejarah dan potensi alam. Saya, Wahyu Salvana, berkesempatan mengunjungi tempat ini dan berbincang dengan seorang sejarawan muda yang memberikan wawasan mendalam tentang desa yang luar biasa ini.
Menyusuri Sungai Lasem
Sungai Lasem, atau yang juga dikenal sebagai Sungai Dasun, adalah jalur penghubung penting antara pantai utara dengan wilayah Kecamatan Lasem. Sungai ini menjadi dermaga alami bagi kapal-kapal nelayan dari Desa Dasun dan sekitarnya. Dengan banyaknya tanaman bako yang tumbuh subur di sekitar sungai, wilayah ini juga menghadirkan pemandangan yang asri dan menenangkan. Tidak berlebihan rasanya jika menyebut sungai ini sebagai salah satu destinasi wisata potensial di Kabupaten Rembang.
Mengenal Desa Dasun
Desa Dasun terletak di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Sebagai desa pesisir, Dasun memiliki wilayah administratif yang didominasi oleh tambak, pantai, sungai, dan pemukiman penduduk. Penduduknya sebagian besar adalah nelayan, pedagang, dan pembudidaya ikan. Tambak-tambak di Desa Dasun dimanfaatkan untuk budidaya ikan banteng selama musim penghujan dan produksi garam pada musim kemarau. Produk utama desa ini meliputi garam, ikan banteng, ikan laut, hingga terasi.
Keasrian Desa Dasun juga terlihat dari tata letak rumah penduduk yang masih terjaga dengan baik. Bangunan-bangunan tradisional memberikan nuansa desa yang autentik dan menawan. Sungai Lasem yang melintasi desa menjadi salah satu elemen penting, baik sebagai jalur transportasi maupun sebagai saksi sejarah peradaban Lasem.
Sungai Lasem: Pintu Utama Peradaban
Sungai Lasem adalah sungai terpanjang dan terbesar di Rembang. Sungai ini bermuara di Desa Dasun dan Desa Gedung Mulyo, menjadikannya jalur utama dalam sejarah peradaban Lasem. Sebelum adanya jalan raya pos di jalur Pantura, sungai ini menjadi pintu masuk utama bagi perdagangan rempah, transportasi barang, dan mobilitas manusia. Sebagai jalur rempah, sungai ini memainkan peran penting dalam perdagangan internasional pada masa itu.
Selain menjadi jalur perdagangan, Sungai Lasem juga dikenal sebagai lokasi galangan kapal yang telah ada sejak zaman Majapahit. Pada abad ke-19, sungai ini bahkan menjadi jalur utama distribusi candu di Jawa, yang membuatnya mendapatkan julukan "corong candu" oleh peneliti asing. Sungai ini bukan hanya jalur transportasi, tetapi juga pusat berbagai aktivitas ekonomi dan budaya.
Galangan Kapal Dasun
Galangan kapal di Desa Dasun memiliki sejarah panjang, dimulai sejak era Majapahit dan berlanjut hingga masa penjajahan Jepang. Pada masa pendudukan Jepang, galangan ini menjadi pusat produksi kapal dengan kapasitas produksi hingga 300 kapal per tahun. Kapal-kapal tersebut digunakan untuk mendukung logistik perang di Asia Timur Raya. Dengan tenaga kerja yang mencapai 40 ribu orang, galangan kapal Dasun menjadi salah satu pusat industri strategis pada masa itu.
Meski galangan ini telah berhenti beroperasi sejak kemerdekaan Indonesia, jejak sejarahnya tetap menjadi bagian penting dari identitas Desa Dasun. Peninggalan ini menunjukkan betapa pentingnya peran Desa Dasun dalam mendukung perkembangan peradaban dan ekonomi di masa lampau.
Galangan Kapal Dasun: Jejak Kejayaan Maritim Nusantara
Galangan kapal Dasun, yang pernah menjadi pusat kejayaan maritim Nusantara, kini hanya tinggal kenangan. Sejarah mencatat bahwa keberadaan galangan kapal ini memainkan peran penting dalam perdagangan dan transportasi sejak zaman Majapahit hingga masa kolonial. Namun, seiring agresi militer Belanda dan kebijakan penjajah lainnya, keberadaan galangan kapal ini mengalami kemunduran drastis. Salah satu langkah terakhir yang dilakukan penduduk lokal adalah membakar galangan kapal agar tidak jatuh ke tangan penjajah. Meski demikian, jejak kejayaannya masih terasa hingga kini.
Sisa-Sisa Kejayaan di Sepanjang Sungai Lasem
Hingga saat ini, sisa-sisa kejayaan galangan kapal Dasun masih dapat ditemukan di sepanjang Sungai Lasem. Setidaknya terdapat 11 bangkai kapal yang menjadi saksi bisu masa lalu gemilang ini. Sayangnya, banyak kayu dari kapal-kapal tersebut telah dimanfaatkan oleh penduduk untuk kebutuhan sehari-hari, meninggalkan hanya kerangka kapal yang tenggelam di dasar sungai. Meski aktivitas galangan kapal sudah tidak lagi dilakukan, dok kapal yang ada kini dimanfaatkan untuk tambak ikan, menunjukkan adanya upaya adaptasi terhadap perubahan zaman.
Upaya Melestarikan Sejarah Dasun
Mas Iqsan, seorang sejarawan asli Dasun yang juga merupakan perangkat desa, memiliki visi untuk membangkitkan kembali nilai-nilai sejarah galangan kapal ini. Menurutnya, ilmu perkapalan di Lasem tidak sepenuhnya hilang. Banyak tukang yang dulunya bekerja di galangan kapal Dasun kini bermigrasi ke daerah lain seperti Sarang dan Juana, namun warisan pengetahuan ini tetap ada, meski terputus oleh waktu.
Sebagai langkah awal, Mas Iqsan bersama timnya mengupayakan pelestarian budaya melalui edukasi dan kegiatan wisata. Program seperti “Susur Sungai Dasun” mengajak wisatawan untuk menyusuri Sungai Lasem sambil mempelajari sejarah lokal. Situs-situs bersejarah di sepanjang sungai telah diberi plang dan barcode yang memungkinkan pengunjung mendapatkan informasi sejarah secara interaktif. Pendekatan ini menjadikan pembelajaran sejarah lebih menarik, terutama bagi generasi muda.
Potensi Ekonomi dari Pelestarian Budaya
Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan tahun 2017 membuka peluang besar untuk memanfaatkan warisan budaya sebagai sumber kesejahteraan masyarakat. Selain wisata edukasi, Mas Iqsan dan timnya juga menggagas ide-ide kreatif seperti produksi merchandise berupa kaos dan gantungan kunci yang mengangkat tema sejarah Dasun. Dengan demikian, sejarah tidak hanya menjadi memori tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang nyata.
Selain itu, Dasun memiliki potensi bahari yang luar biasa, mulai dari hasil laut seperti ikan, terasi, hingga garam. Fokus utama saat ini adalah mengoptimalkan potensi tersebut untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Meskipun upaya menghidupkan kembali galangan kapal belum menjadi prioritas utama, langkah kecil seperti workshop pembuatan perahu menjadi salah satu cara untuk menjaga tradisi dan warisan ini tetap hidup.
Pendidikan Sebagai Jembatan Masa Depan
Untuk memastikan generasi muda tidak melupakan sejarah besar ini, upaya edukasi menjadi sangat penting. Mas Iqsan mencatat pentingnya memberikan wawasan kepada anak-anak muda tentang sejarah desa mereka. Dengan memahami bahwa Dasun pernah menjadi pusat industri pembuatan kapal besar, generasi mendatang diharapkan memiliki kebanggaan dan ketertarikan untuk melanjutkan warisan ini, mungkin dengan memilih jurusan perkapalan di masa depan.
Dokumentasi Sejarah Dasun
Mas Iqsan telah menulis buku berjudul Dasun: Jejak Langkah dan Visi Kemajuan, yang diterbitkan pada tahun 2020 setelah empat tahun proses penelitian. Buku ini merupakan hasil pengumpulan data dari berbagai tokoh lokal, termasuk mantan pekerja galangan kapal sejak zaman penjajahan Jepang hingga Belanda. Buku ini tidak hanya menjadi arsip berharga tetapi juga alat edukasi yang penting untuk memperkenalkan sejarah Dasun kepada masyarakat luas.
Penataan Kawasan Bahari Dasun
Sejak tahun 2015, pemerintah desa Dasun telah memanfaatkan Dana Desa untuk menata kawasan bahari, termasuk membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai pusat kegiatan masyarakat. Jalan-jalan menuju kawasan ini juga telah diperbaiki secara bertahap, meski belum seluruhnya teraspal. Penataan ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata sekaligus mendukung aktivitas ekonomi lokal.
Dengan berbagai langkah ini, Dasun perlahan menghidupkan kembali jejak kejayaan maritimnya. Meski perjalanan masih panjang, semangat untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah ini tetap menyala.
Post a Comment